Sistem pengapian full transistor adalah pengembangan dari sistem pengapian semi transistor, perbedaannya dengan sistem pengapian semi transistor adalah jika sistem pengapian semi transistor masih menggunakan kontak pemutus atau platina untuk memicu kerja transistornya, sedangkan pada sistem pengapian full transistor sinyal pemicu kerja transistornya berasal dari generator sinyal yang dapat menghasilkan tegangan ON OFF.
Komponen Sistem Pengapian Full Transistor
Beberapa komponen penting dari sistem pengapian full transistor yaitu baterai, kunci kontak, koil, generator pulsa, transistor, dan busi. Baterai berfungsi sebagai sumber listrik dan tegangan. Koil berfungsi untuk menaikkan tegangan yang bersumber dari baterai yakni sekitar 12 volt menjadi tegangan tinggi yang kemudian disalurkan ke busi. Generator pulsa berfungsi untuk memicu kerja transistor. Transistor berfungsi sebagai pemutus arus primer koil pada koil. Dan terakhir busi berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api guna pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar.
Cara Kerja Pengapian Full Transistor
Prinsip kerja pengapian full transistor yaitu ketika kunci kontak di ON-kan, maka generator pulsa akan menghasilkan sinyal tegangan, sehingga arus dari generator pulsa tersebut akan mengalir ke kaki B (basis) transistor, lalu ke kaki Emitor, selanjutnya ke massa. Karena ada arus pemicu pada kaki Basis maka transistor menjadi aktif atau ON, sehingga kaki Kolektor dan Emitor terhubung sehingga arus besar mengalir dari baterai ke kunci kontak, lalu ke kumparan primer koil, lalu ke kaki kolektor transistor, lalu ke kaki emitor, lalu ke massa. Adanya arus listrik pada kumparan primer koil ini menyebabkan terbentuknya medan magnet pada koil. Berkaitan dengan prinsip kerja atau cara kerja transistor sobat dapat membacanya pada artikel cara kerja transistor. Perhatikan gambar rangkaian pengapian full transistor berikut ini untuk memudahkan penjelasan di atas.
Sinyal tegangan yang dihasilkan oleh generator pulsa ini adalah sinyal ON dan OFF. Ketika ada sinyal ON (ada arus i) pada kaki basis sebagaimana pada gambar di atas, maka transistor menjadi ON. Begitupun ketika sinyal OFF (arus 0 atau tidak ada arus) maka transistor menjadi OFF. Jika transistor OFF maka arus yang sebelumnya mengalir pada kumparan koil menjadi terhenti atau terputus. Terputusnya arus dengan cepat ini menyebabkan hilangnya medan magnet pada koil secara tiba-tiba. Adanya perubahan garis-garis gaya magnet secara cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan yang sangat tinggi pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi inilah yang kemudian disalurkan ke elektroda busi (perhatikan gambar di bawah ini).
Untuk perbandingan, pada pengapian transistor, arus yang mengalir ke primer koil diputus sebentar oleh transistor sehingga pemutusan arusnya cenderung stabil di kecepatan rendah dan pada kumparan sekunder bisa menghasilkan tegangan tinggi dengan lebih stabil. Oleh karena adanya pembatasan gas buang, maka diperlukan peningkatan energi pembakaran agar pengapiannya menjadi akurat tanpa terjadi misfiringwalaupun kecepatannya mesin masih rendah. Nah untuk melakukan tugas tersebut, maka arus primer harus dinaikkan. Untuk pengapian yang masih menggunakan platina atau kontak pemutus hal ini sulit dilakukan, namun untuk jenis transistor masih memungkinkan dilakukan. Dan sebagai tambahan, untuk meningkatkan kerja pengapian pada kecepatan tinggi, jumlah gulungan di kumparan primer harus dikurangi sehingga tahanan dan induksi diri pada kumparan primer ini dapat diturunkan. Lihat gambar perbandingan karakteristik pengapian konvensional dan transistor berikut ini:
Dari gambar di atas, arus primer koil pada sistem pengapian platina (konvensional) pada putaran tinggi menurun jika dibandingkan saat putaran sedang. Penurunan arus ini sangat merugikan karena mengakibatkan percikan api pada busi menjadi kecil, padahal ketika putaran tinggi seharusnya percikan apinya yang dihasilkan busi sangat kuat untuk memulai pembakaran. Sehingga pada tipe pengapian full transistor ini jumlah kumparan primer dikurangi untuk mengurangi tahanan pada kumparan primer koil dan mengurangi efek counter electromitive force. Dan hal ini akan mengakibatkan arus optimum pada kumparan primer koil cepat tercapai jika dibandingkan pengapian konvensional.
Oleh karena arus optimum lebih cepat tercapai maka pada putaran tinggi arus primer koil tidak mengalami penurunan yang berarti. Tegangan tinggi pada sistem pengapian full transistor ini juga lebih stabil pada putaran rendah, sedang, maupun putaran tinggi. Sementara pada sistem pengapian konvensional tegangan tingginya akan menurun drastis seiring dengan naiknya putaran mesin. Sistem pengapian full transistor dapat digambarkan dalam diagram blog sebagai berikut:
Rangkaian elektronik pada sistem pengapian ini ada tiga bagian utama, yaitu penghasil pulsa atau generator pulsa, bagian penguat pulsa (amplifier), dan bagian transistor daya yang berfungsi sebagai saklar. Generator pulsa berfungsi untuk menghasilkan sinyal tegangan atau pengontrol kerja transistor. Generator pulsa ada beberapa macam, sobat dapat membacanya pada artikel macam-macam generator pulsa pada pengapian full elektronik. Sinyal tegangan yang dihasilkan pada generator pulsa masih sangat lemah sehingga perlu dikuatkan oleh penguat. Sinyal tegangan yang sudah kuat lalu digunakan untuk memicu kerja transistor sehingga transistor dapat bekerja ON dan OFF untuk memberi arus dan memutus arus pada primer koil.
Demikian artikel tentang cara kerja sistem pengapian full transistor, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan tentang otomotif. Salam Otomotif!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar