Rabu, 30 November 2016

Pengertian dan Sejarah TCCS (Toyota Computer Controlled System)

Pengertian dan sejarah tccs (toyota computer controlled system) – Pernahkah sobat Guru Otomotif mendengar istilah TCCS? Barangkali jarang yang mengetahui istilah TCCS. TCSS adalah singkatan dari Toyota Computer Controlled System. Pengertian TCCS adalah sebuah nama yang digunakan untuk suatu sistem yang memakai kontrol presisi tinggi yang luas cakupannya. Sistem TCCS ini dapat mengontrol kerja mesin melalui ECU (Electronic Control Unit) yang di dalamnya terdapat micro controller. Selain dapat mengontrol mesin, sistem TCCS juga mengontrol sistem pemindah daya, sistem rem, dan sistem lainnya yang ada pada mobil.

Sebelumnya sistem TCCS ini hanya digunakan hanya untuk sistem kontrol mesin untuk EFI, ESA (Electronic Spark Advance), ISC (Idle Speed Control) , diagnosa, dan lainnya. Namun sekarang sistem kontrol yang memakai ECU lain juga dikembangkan dan digunakan untuk mengontrol sistem lain yang ada pada mesin. Dengan demikian maka istilah sistem TCCS adalah sistem kontrol yang lebih luas cakupannya dan menggunakan sistem kontrol yang dikontrol oleh beberapa ECU (tidak hanya satu ECU saja). Kenapa menggunakan beberapa ECU? Karena untuk menjamin kemampuan kendaraan pada semua kondisi baik pada saat jalan, membelok, berhenti, menanjak, dan lainnya.


ECU pada sistem TCCS ada lebih dari satu, misalnya ECU ECT adalah ECU yang mengontrol ECT. Sedangkan ABS ECU adalah ECU yang mengontrol sistem rem ABS. Adapun ECU yang lain dapat sobat Guru Otomotif lihat pada artikel berikut ini:

Sejarah Sistem Kontrol TCCS
ECU yang dipakai untuk sistem EFI konvensional pada kendaraan model ekspor dari tahun 1979 adalah tipe sirkuit analog yang mengontrol volume injeksi berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk kapasitor diisikan dan dikeluarkan (discharge). Dan pada awal tahun 1981 sudah ditambahkan dengan micro computer-controller type. Pada saat itu telah dimulai sistem kontrol mesin (engine control system) yang menggunakan TCCS.

Namun saat ini, sistem kontrol TCCS tidak hanya menggunakan EFI saja (lihat gambar di atas), namun juga menggunakan ESA yang mengontrol saat pengapian, ISC untuk mengontrol putaran idle, dan sistem-sistem lain yang lebih maju lagi misalnya diagnostik, fail safe, dan fungsi back-up. Fungsi diagnostik berfungsi untuk melakukan perbaikan, fungsi fail safe dan back-up bekerja jika pada sistem-sistem tersebut mengalami gangguan. Selain itu pada mesin juga terdapat alat kontrol tambahan seperti sistem kontrol ECT, sistem kontrol udara masuk, dan lainnya. Semua sistem kontrol tersebut diatur oleh engine ECU.

Gejala Booster / Servo Rem Mobil Rusak dan Penyebabnya

Gejala booster / servo rem rusak dan penyebabnya – Sebagaimana komponen lainnya pada mobil, boster rem atau servo juga dapat mengalami kerusakan. Boster rem atau servo adalah suatu komponen pada sistem rem yang berfungsi untuk meringankan pedal rem saat diinjak, boster rem bekerja dengan cara memberikan tekanan pada master rem sehingga pengereman mobil dapat dilakukan dengan lebih ringan. Adanya boster rem dan servo sangat berguna bagi sistem rem, karena seandainya tidak ada boster rem maka pengereman menjadi keras dan penekan pedal rem harus lebih dalam. Hal ini dapat dirasakan ketika boster rem atau servo mobil mengalami kerusakan, maka rem akan menjadi kurang pakem. Dan jika boster rem atau servo mengalami kerusakan maka harus dilakukan perbaikan atau bahkan penggantian, pada artikel sebelumnya Guru Otomotif telah membahas artikel tentang cara menyetel / setel boster rem atau servo pada mobil.  Kali ini Guru Otomotif akan membahas gejala booster atau servo rem mobil rusak serta penyebabnya.

Gejala Boster Atau Servo Rem Mobil Rusak
Kerusakan pada boster atau servo mobil secara langsung berdampak pada sistem rem. Gejala boster rem atau servo yang rusak diantaranya adalah pedal rem ketika diinjak terasa sangat keras sehingga yang dapat dirasakan adalah pengereman menjadi kurang maksimal. Gejala selanjutnya adalah ada bunyi desis udara ketika mesin mobil dihidupkan baik ketika rem diinjak maupun ketika rem tidak diinjak. Munculnya desis udara tersebut disebabkan karena terjadi kebocoran pada karet seal. Gejala lain pada kebocoran servo atau boster rem adalah mesin menjadi susah langsam, hal ini disebabkan karena kondisi kebocoran boster atau servo rem sama halnya dengan bocornya intake manifold.


Penyebab Boster Atau Servo Rem Mobil Rusak
Jika boster atau servo mobil mengalami kerusakan maka dapat menyebabkan rem mobil menjadi keras. Selain karena kerusakan  pada boster atau servo rem, penyebab dari rem mobil keras adalah:
  1. Boster rem atau servo rusak
  2. Adanya kebocoran pada selang vakum boster rem atau servo
  3. Selang vakum boster rem atau servo tersumbat kotoran
  4. Terjadi kebocoran pada karet seal servo
  5. Tabung angin terisi oli karena pentil blower rusak (pada mesin diesel)
  6. Rusaknya blower vakum pada dinamo pengisian (pada mesin diesel)

Jika sobat Guru Otomotif mengalami kerusakan boster rem atau pengereman terasa berat maka silahkan lakukan pemeriksaan berdasarkan gejala dan penyebab-penyebab rem mobil keras. Demikian artikel tentang gejala booster / servo rem mobil rusak dan penyebabnyasemoga bermanfaat. Jika mau menambahkan berkaitan dengan gejala boster rem atau servo rusak dan penyebabnya, silahkan ditambahkan melalui kolom komentar di bawah ini. 

Selasa, 29 November 2016

Cara Kerja Boster Rem Atau Servo Pada Mobil

Cara kerja boster rem atau servo pada mobil – Boster rem atau servo berfungsi untuk membantu mendorong pada master rem agar pedal rem lebih ringan ketika dioperasikan (dinjak). Pada artikel sebelumnya Guru Otomotif telah membahas fungsi dan juga komponen boster rem atau servo mobil. Di artikel ini Guru Otomotif akan melanjutkan pembahasan berkaitan dengan cara kerja boster rem atau servo mobil. Baik langsung saja kita bahas cara kerja boster rem atau servo mobil satu persatu berdasarkan kondisi kerja rem.

Cara Kerja Boster Rem / Servo Saat Rem Tidak Aktif
Pada saat boster rem atau servo tidak digunakan, katup udara dihubungkan ke batang operasi katup dan ditarik ke kanan karena ada pegas pembalik pada katup udara. Katup kontrol akan didorong ke kiri oleh pegas katup pengontrol, hal ini menyebabkan katup udara bersentuhan dengan katup pengontrol. Dan oleh karena itu udara atmosfer yang mengalir melalui elemen pembersih udara dicegah masuk ke ruang tekanan variabel.


Ketika kondisi boster rem belum digunakan ini, katup hampa udara dari badan katup akan dipisahkan dari katup pengontrol untuk membuka jalan antara saluran A dengan saluran B. Dan oleh karena akan selalu ada hampa udara di dalam ruang tekanan konstan, maka ada juga hampa udara di ruang tekanan variabel, dan akibatnya piston di dorong ke kanan oleh pegas diafragma.

Cara Kerja Boster Rem / Servo Saat Rem Digunakan
Pada saat pedal rem ditekan, maka batang pengoperasian katup akan mendorong katup udara, sehingga mengakibatkan katup udara bergerak ke kiri. Katup pengontrol yang didorong untuk melawan katup udara oleh pegas katup pengontrol juga ikut bergerak ke kiri sampai dengan katup pengontrol berhubungan dengan katup hampa udara. Hal ini menutup bukaan antara saluran A dan saluran B. 

Dan ketika katup udara bergerak lebih jauh lagi ke kiri, maka katup udara juga menjauhi katup pengontrol. Dan kondisi tersebut mengakibatkan udara atmosfer masuk ke ruang tekanan variabel melalui saluran B (setelah melewati elemen pembersih udara).


Adanya perbedaan tekanan antara ruang tekanan variabel dengan ruang tekanan konstan membuat piston bergerak ke kiri, hal ini akan menyebabkan cakram reaksi (reaction disk) menggerakkan batang pendorong booster ke kiri dan juga menambah tekanan tenaga pengereman.

Cara Kerja Boster Rem / Servo Saat Pedal Rem Ditekan Setengah
Jika pedal rem ditekan setengah, maka batang pengoperasian katup dan katup udara akan berhenti bergerak namun piston akan tetap bergerak ke kiri sehingga ada perbedaan tekanan. Katup pengontrol tetap dihubungkan dengan dengan katup hampa udara oleh pegas katup pengontrol. Namun katup pengontrol akan bergerak bersama dengan piston.


Karena katup pengontrol bergerak ke kiri dan berhubungan dengan katup udara, maka udara atmosfir akan dapat dicegah untuk masuk ke ruang tekanan variabel, sehingga piston akan bergerak dan mempertahankan tenaga pengereman yang sedang dilakukan.

Cara Kerja Boster Rem / Servo Saat Pedal Rem Ditekan Penuh
Jika pedal rem ditekan maksimal, maka katup udara akan bergerak seluruhnya untuk menjauh dari katup pengontrol. Pada saat ini ruang tekanan variabel diisi seluruhnya dengan udara atmosfer. Perbedaan tekanan antara ruang tekanan varibel dan ruang tekanan konstan juga dibuat maksimum, hal tersebut akan membuat efek dorong maksimum pada piston.

Bahkan ketika tenaga tamabahan diberikan pada pedal rem, maka efek dorong pada piston tidak akan berubah, dan tenaga tambahan tersebut akan disalurkan pada tongkat pendorong boster dan akan dikirimkan sebagaimana adanya ke silinder utama.

Cara Kerja Boster Rem / Servo Saat Tidak Hampa Udara
Jika brake boster gagal memberikan kevakuman karena sebab apapun, maka tidak akan ada perbedaan tekanan antara ruang tekanan variabel dengan ruang tekanan konstan, hal ini karena kedua ruang tekanan tersebut diisi oleh udara atmosfer. Saat boster rem ada pada posisi OFF, maka piston akan dikembalikan ke kanan oleh pegas diafragma. Namun ketka pedal rem ditekan, batang pengoperasian katup akan bergerak ke kiri dan mendorong katup udara, tongkat pendorong boster, dan cakram reaksi. Hal ini menyebabkan silinder utama piston akan memberikan tenaga pengereman. 

Dan saat yang sama, katup udara akan mendorong kunci stopper katup yang dimasukkan ke badan katup. Dan oleh karena itu, piston akan mengatasi pegas diafragma dan bergerak ke kiri. Dengan demikian rem akan tetap berfungsi bahkan ketika tidak ada hampa udara yang diberikan oleh boster rem. Hanya saja karena boster rem tidak bekerja maka pengereman akan terasa lebih berat saat sobat Guru Otomotif menginjak pedal rem.
Demikianlah cara kerja boster rem atau servo pada mobil, semoga bermanfaat dan dapat dipahami, silahkan dibagikan yaa.

Senin, 28 November 2016

Jangan Mengendarai Motor Dengan Ban Bocor, Ini Dampaknya

Jangan Mengendarai Motor Dengan Ban Bocor, Ini Dampaknya – Kadang kala kita mengalami musibah ketika mengendarai sepeda motor yaitu ban bocor. Masalah ban bocor memang tidak bisa diantisipasi dengan pasti, karena walaupun kita sudah melakukan persiapan semisal mengecek tekanan angin roda atau memeriksa permukaan roda sepeda motor seandainya ada batu kecil yang berpotensi menyebabkan ban bocor pun tetap saja kita mendapatkan musibah ban bocor entah karena tertusuk paku atau terkena benda-benda tajam lain. Dan jika sudah mendapatkan musibah ban bocor, maka tidak ada jalan lain selain membawanya ke bengkel terdekat, entah itu bengkel umum ataupun bengkel tambal ban. Berkaitan dengan ban bocor, kali ini Guru Otomotif  akan membagikan pengalaman berharga yang harapannya ketika sobat Guru Otomotif mengalami ban bocor tidak berakibat fatal.

Biasanya ketika ban sepeda motor kita bocor maka yang dapat kita lakukan adalah membawanya ke bengkel tambal ban atau bengkel umum untuk dilakukan penambalan ban atau penggantian ban. Nah jika jarak bengkel tersebut jauh dari lokasi saat ban kita bocor, atau jika malas menuntun kebanyakan orang akan terpaksa tetap mengendarai sepeda motor tersebut dengan pelan-pelan menuju ke bengkel terdekat. Padahal dampak dari mengendarai sepeda motor yang bannya bocor sangatlah fatal. Lalu apa dampak sepeda motor yang bannya bocor lalu tetap dikendarai walaupun pelan-pelan?


Berdasarkan pengalaman admin Guru Otomotif ketika mengendarai sepeda motor lalu bannya bocor, kemudian karena tergesa-gesa dan karena jarak bengkel tambal ban cukup jauh, maka admin memutuskan untuk mengendarai sepeda motor tersebut dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan –karena untuk menghindari rusaknya pelek roda. Dan setelah sampai di bengkel tambal ban terdekat, oleh mekanik penambal ban menunjukkan bahwa ban dalam yang awalnya hanya tertusuk paku menjadi tergores lebar sehingga sobekannya menganga. Ketika goresan paku tersebut menjadi lebar maka otomatis tidak bisa dilakukan penambalan, jika sudah demikian maka pilihannya hanya satu yaitu mengganti ban dalam roda sepeda motor dengan yang baru.

Masih penasaran kenapa penyebabnya, ternyata luka goresan yang lebar pada ban dalam tersebut diakibatkan oleh tusukan paku pada ban dalam roda yang tetap dikendarai. Hal ini karena tekanan ban dan juga gerakan rotasi ban saat kita kendarai mengakibatkan paku yang menusuk ban menjadi menggores ban dalam tersebut. Itulah kenapa saat kita mengalami musibah ban bocor pada sepeda motor maka sebaiknya jangan kita kendarai sepeda motor tersebut sebagaimana biasanya. Selain dapat membuat luka tusukan semakin lebar, dengan mengendarai sepeda motor yang bannya bocor juga dapat mengakibatkan pelek roda sepeda motor kita menjadi rusak (tidak berbentuk bulat lagi), hal ini karena konstruksi pelek yang rigit. Dan fungsi dari ban dalam sendiri adalah untuk mengurangi tekanan antara roda dengan permukaan jalan. Ketika fungsi dari ban dalam tersebut hilang (yakni ketika ban bocor) maka otomatis tekanan roda terhadap permukaan jalan menjadi besar dan pelek tidak mampu menahan itu, karena biasanya yang menahan adalah ban dalam yang berisi angin.

Nah sobat Guru Otomotif, jika anda juga mengalami ban bocor ketika mengendarai sepeda motor, maka sebaiknya tuntun (bawa sepeda motor tersebut) dengan berjalan kaki, dan jangan dikendarai karena kedua resiko di atas dapat anda alami juga. Jika sudah demikian maka tentu anda semakin rugi bukan? Karena harus mengganti ban dalam atau bahkan mengganti pelek roda –dibandingkan dengan hanya menambal ban. Semoga pengalaman ini bermanfaat untuk kita semua, jika sobat pernah mengalami hal yang sama atau bahkan lebih yuuk share di sini, bagikan pengalaman anda. Terimakasih, silahkan dishare.

Sabtu, 26 November 2016

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional DC Pada Sepeda Motor

Cara kerja sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor – Cara kerja sistem pengapian konvensional sebetulnya sama baik pada pengapian AC maupun pada pengapian DC. Yang membedakan hanyalah pada sumber tegangannya, jika pada sistem pengapian AC sumber tegangannya adalah alternator, maka pada sistem pengapian DC sumber tegangannya adalah baterai. Untuk cara kerja sistem pengapian AC sobat Guru Otomotif dapat membacanya pada artikel cara kerja sistem pengapian konvensional magnet pada sepeda motor. Berikut ini cara kerja sistem pengapian DC sepeda motor:

Ketika Kunci Kontak OFF
Pada saat kunci kontak OFF, hubungan sumber tegangan (batterai) dengan rangkaian sistem pengapian masih terputus, sehingga tidak ada arus yang mengalir dan motor tidak dapat dihidupkan.


Ketika Kunci Kontak ON
Pada saat kunci kontak ON dan kontak platina dalam posisi menutup (posisi cam tidak menekan kontak platina), maka arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, ke kumparan primer koil pengapian, ke kontak platina, dan ke massa. Akibatnya pada kumparan primer koil pengapian terjadi kemagnetan.
Ketika kontak platina mulai membuka, maka nok mulai menekan kontak platina dan kontak platina akan membuka. Arus primer yang mengalir ke massa menjadi terputus karena kontak platina membuka. Hal ini berakibat kemagnetan pada kumparan primer koil menjadi hilang. Pada saat yang sama, kondensor atau kapasitor akan menyerap arus yang diputus oleh kontak platina agar pemutusan arus primer akan menjadi lebih cepat dan sempurna (tanpa ada loncatan bunga api di kontak platina).

Hilangnya kemagetan pada kumparan primer koil pengapian akan menyebabkan munculnya induksi tegangan yang sangat tinggi, yaitu sekitar 10.000 volt pada kumparan sekunder koil pengapian untuk selanjutnya diteruskan ke busi. Di busi tegangan tinggi tersebut diubah menjadi percikan bunga api oleh kedua elektroda busi. Percikan bunga api inilah yang digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar.
Demikianlah artikel tentang cara kerja sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor, semoga mudah dipahami dan bermanfaat. Silahkan dibagikan

Komponen Sistem Pengapian Konvensional DC Pada Sepeda Motor

Komponen Sistem Pengapian Konvensional DC Pada Sepeda Motor – sistem pengapian konvensional merupakan sistem pengapian yang masih menggunakan platina untuk memutus arus primer koilnya. Walaupun saat ini platina sudah semakin jarang digunakan dan digantikan dengan CDI. Sistem pengapian konvensional pada sepeda motor berdasarkan jenis sumber tegangannya dibedakan menjadi 2, yaitu sistem pengapian konvensional  DC (Direct Current) dan sistem pengapian konvensional AC (Alternating Current). Sistem pengapian konvensional AC menggunakan alternator sebagai sumber tegangannya sehingga arusnya bolak-balik, sobat Guru Otomotif dapat membacanya pada artikel cara kerja sistem pengapian magnet pada sepeda motor. Sementara itu sistem pengapian DC menggunakan baterai sebagai sumber tegangannya, sehingga arus yang digunakan adalah searah. Di artikel ini Guru Otomotif akan membahas apa saja komponen sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor. Berikut ini komponen-komponennya:


Baterai
Baterai adalah sebuah alat elektrokimia yang dirancang untuk mensuplay energi listrik bertegangan rendah ke beberapa sistem pada sepeda motor, misalnya sistem pengapian, sistem strarter, sistem penerangan, maupun komponen listrik lainnya. Baterai pada sepeda motor memiliki kapasitas 6 volt atau 12 volt. Baterai menyimpan energi listrik dalam bentuk kimia yang akan dikeluarkan ketika diperlukan dan sesuai dengan beban yang dibutuhkan.

Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama yang berfungsi untuk memutus dan menghubungkan rangkaian kelistrikan pada sepeda motor.

Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan yang didapat dari sumber tegangan (baik baterai atau alternator) menjadi tegangan tinggi yang dibutuhkan sistem pengapian. Di dalam koil pengapian terdapat dua kumparan atau lilitan, yaitu kumparan primer koil dan kumparan sekunder koil. Jumlah lilitan kumparan primer koil lebih sedikit dari pada kumparan sekunder koil, karenanya tegangan yang dihasilkan ketika terjadi induksi diri pun lebih besar pada kumparan sekunder.

Kontak Platina
Kontak platina berfungsi untuk memutus arus listrik yang mengalir pada kumparan primer koil, hal ini untuk dihasilkan induksi diri pada kumparan sekunder (ketika arus di kumparan primer diputus), munculnya induksi diri pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder yang selanjutnya digunakan untuk memercikkan bunga api.

Nok (Cam)
Nok berfungsi untuk membuka kontak platina dalam waktu yang tepat.

Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api pada kontak platina pada saat platina mulai membuka, tujuannya adalah untuk meningkatkan tegangan pada kumparan sekunder koil. Ketika loncatak bunga api pada koil tidak dihilangkan oleh kondensor, maka arus akan tetap mengalir pada kumparan primer koil, silahkan baca artikel inilah dampak jika kondensor pengapian rusak.

Busi
Busi berfungsi untuk mengubah arus listrik bertegangan tinggi menjadi percikan bunga api yang keluar melalui celah elektroda busi.
Demikianlah artikel tentang komponen sistem pengapian konvensional DC pada sepeda motor, semoga bermanfaat. Silahkan dishare.

Kamis, 24 November 2016

Sambut Hari PGRI, SMK Muhim Jogja Adakan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan dengan Kodim

Sambut hari PGRI, SMK Muhim Jogja adakan sosialisasi wawasan kebangsaan dengan Kodim – Hari ulang tahun PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) atau Hari Guru yang diperingati setiap tanggal 25 November adalah hari untuk menunjukkan atau memberikan penghargaan kepada guru khususnya di Indonesia, karena pada setiap negara berbeda-beda dalam memperingati hari guru. Hari ulang tahun PGRI diwarnai dengan berbagai acara bertajuk guru, seperti upacara peringatan, pemberian penghargaan kepada para guru, dan lain sebagaiya. Dan salah satu kegiatan dalam rangka memperingati hari ulang tahun PGRI di SMK Muhammadiyah Imogiri atau yang dikenal dengan SMK Muhim Jogja adalah dengan diselenggarakannya sosialisasi wawasan kebangsaan bersama Kodim Bantul dan Polsek Bantul. Acara sosialisasi wawasan kebangsaan yang dilaksanakan pada hari Kamis (24/11) tersebut diikuti oleh seluruh siswa-siswi SMK Muhammadiyah Imogiri bersama bapak ibu guru serta karyawan.

Acara sosialisasi wawasan kebangsaan ini dirasa sangat penting dan dibutuhkan oleh generasi penerus bangsa ini, oleh karena itu semua siswa baik kelas X, XI, maupun XII dari empat progam studi yaitu Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Busana Butik, dan Teknik Komputer Jaringan mengikuti acara yang diselenggarakan di sportorium SMK Muhim Jogja. Acara sosialisasi wawasan kebangsaan ini terlaksana dengan sangat meriah, dimana para siswa diajak untuk berkenalan dengan bangsa Indonesia dari sudut yang berbeda.


Pembicara dalam sosialisasi wawasan kebangsaan ini adalah dari Kodim (Komando Distrik Militer) Bantul dan dari pihak kepolsian Bantul. Dari paparan narasumber penjaga kedaulatan NKRI tersebut dipaparkan bagaiman kekayaan bangsa Indonesia yang sebenarnya baik dari sektor ekonomi, budaya, dan lainnya. Serta bagaimana kedudukan bangsa Indonesia dimata Dunia. Materi wawasan kebangsaan memang sangat diperlukan pada saat ini, mengingat para generasi muda saat ini tengah terbuai dengan kecanggihan teknologi dan masifnya budaya asing yang masuk ke negeri kita melalui televisi, internet, teknologi lain. Dengan begitu perlahan-lahan nilai-nilai wawasan kebangsaan generasi muda kita luntur. Maka dari itulah kegiatan-kegiatan bertajuk wawasan kebangsaan perlu untuk dilakukan kepada generasi penerus bangsa. Selain wawasan kebangsaan, narasumber juga mengajak agar siswa-siswi SMK Muhim Jogja mengamalkan nilai-nilai dari wawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.

Tak hanya pengetahuan tentang wawasan kebangsaan, narasumber dari Kodim juga mengajak kepada siswa-siswi SMK Muhim Jogja untuk mendaftar menjadi anggota TNI bagi yang berminat. Dan tidak ada salahnya bagi pelajar SMK Muhim Jogja untuk menjadi bagian dari penjaga kedaulatan NKRI, karena bapak TNI kita Jenderal Soedirman juga adalah seorang kader Muhammadiyah.

Diharapkan, dengan diselenggarakannya sosialisasi wawasan kebangsaan dalam rangka memperingati hari ulang tahun PGRI ini dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dalam diri para siswa dan siswi di SMK Muhim Jogja. Semoga generasi penerus kita, generasi muda kita semakin tumbuh rasa nasionalismenya, dengan tidak memudarkan nilai-nilai ketaqwaan atau ke-islam-annya.

Inilah Dampak Jika Kondensor Pada Sistem Pengapian Rusak

Inilah dampak jika kondensor pada sistem pengapian rusak - Sistem pengapian pada kendaraan memang urgen, karena dengan sistem pengapianlah kendaraan dapat hidup, tanpa sistem pengapian maka mustahil bagi mesin kendaraan untuk dapat melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara, padhal itu inti dari mesin kendaraan. Nah sistem pengapian pada kendaraan sendiri ada bermacam-macam jenisnya, ada sistem pengapian konvensional yang masih menggunakan platina, dan ada sistem pengapian semi elektronik, dan ada sistem pengapian full elektronik. Pada sistem pengapian terdapat komponen yang bernama kondensor atau kondensator, dan pada artikel kali ini Guru Otomotif akan membahas dampak jika kondensor pada sistem pengapian tersebut rusak, khususnya yang ada pada pengapian konvensional. Apa dampaknya? Simak artikel Guru Otomotif berikut ini.

Fungsi Kondensor Pada Sistem Pengapian
Sebelum Guru Otomotif jawab soal di atas, terlebih dahulu sobat harus berkenalan dengan kondensor, apa itu kondensor? 

Kondensor adalah komponen pada sistem pengapian yang berfungsi untuk menyerap arus listrik tegangan tinggi dari kumparan primer koil. Kita tahu bahwa pada koil terdapat dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kumparan primer arus listrik diputus dan hubungkan oleh platina untuk menghasilkan induksi pada kumparan sekundernya dan induksi tersebut menghasilkan tegangan tinggi yang dipakai busi untuk memercikkan bunga api.

Dampak Kondensor Rusak
Melanjutkan penjelasan di atas, bahwa kondensor berfungsi untuk menyerap arus listrik pada kumparan primer koil, hal ini karena yang memutuskan arus primer koil adalah platina, ketika platina mulai membuka pasti ada loncatan bunga api karena efek celah udara (sebagaimana ketika kita mencabut colokan kabel secara pelan-pelan kadang keluar loncatan bunga api). Lalu kenapa diserap arus listriknya? Jawabannya adalah
  1. Untuk mempercepat pemutusan arus primer koil
  2. Untuk mempercepat terjadinya induksi magnet pada kumparan sekunder

Dan jika arus primer koil yang diputus hubungkan oleh platina tidak diserap ketika platina mulai membuka, maka dampaknya adalah arus listrik akan meloncat dan mungkin akan bisa melewati celah udara, akibatnya sama saja arus primer tersebut tidak terputus karena dapat meloncati atau melewati celah udara ketika platina membuka. Dan jika terjadi demikian maka tidak akan terjadi induksi magnet pada kumparan sekunder (oleh karena arus primernya tidak diputuskan). Dan jika tidak terjadi induksi magnet pada kumparan sekunder, maka tidak muncul tegangan tinggi pada kumparan sekunder tersebut. Kemudian jika tidak ada tegangan tinggi pada kumparan sekunder maka busi tidak dapat memercikkan bunga api karena tidak ada suplay tegangan tinggi dari koil. Jika busi tidak bisa memercikkan bunga api tentu akibatnya adalah kendaraan tidak bisa hidup. Parah kan?


Dan masalah sepele tersebut “hanya” disebabkan oleh kondensor, komponen kecil yang ternyata memiliki manfaat atau fungsi yang urgen pada sistem pengapian. Dan sebenarnya semua komponen pada sistem pengapian –bahkan semua komponen kendaraan- sangat penting dan saling berkaitan. Namun dengan memahami konsep ini semoga kita dapat melakukan troubelshoot ketika terjadi kerusakan pada kendaraan kita yaitu misalnya busi tidak memercikkan bunga api, bisa jadi bukan businya yang rusak namun kondensornya. 
Demikianlah artikel tentang inilah dampak jika kondensor pada sistem pengapian rusak, jika ada tambahan atau koreksi silahkan layangkan via komentar di bawah ini. yuuk dishare, jika mau copas tuliskan sumber linknya yaa. Terimakasih! 

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Konvensional (Pengapian AC)

Cara kerja sistem pengapian magnet konvensional – sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang menggunakan platina untuk memutus dan menghubungkan arus primer koilnya. Sistem pengapian konvensional ada dua jenis berdasarkan sumber tegangannya, yaitu sistem pengapian AC dan sistem pengapian DC. Sistem pengapian DC menggunakan baterai sebagai sumber tegangannya, sedangkan sistem pengapian AC menggunakan alternator sebagai sumber tegangannya. Nah yang akan Guru Otomotif bahas pada artikel kali ini adalah cara kerja sistem pengapian AC yang menggunakan alternator atau magnet. Pada artikel sebelumnya Guru Otomotif telah membahas artikel tentang komponen-komponen sistem pengapian magnet konvensional. Berikut ini cara kerja sistem pengapian magnet konvensional:

Cara Kerja Pengapian Magnet Saat Kunci Kontak OFF
Ketika kunci kontak dihubungkan, maka rangkaian primer pada sistem pengapian terhubung dengan massa kunci kontak (sebagai catatan bahwa sistem pengapian konvensional dengan alternator menggunakan pengendali negatif).

Dan meskipun kendaraan distarter, arus listrik yang dihasilkan oleh alternator akan mengalir ke massa melalui kunci kontak, dan juga tidak ada arus listrik yang mengalir ke rangkaian primer pada koil walaupun kontak platina membuka dan menutup, sehingga tidak terjadi induksi pada kumparan pengapian dan motor tidak bisa dihidupkan.

Cara Kerja Pengapian Magnet Saat Kunci Kontak ON
Ketika kunci kontak dihidupkan, maka hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus, sehingga arus listrik yang dihasilkan oleh alternator akan disalurkan ke sistem pengapian dengan beberapa kondisi berikut ini:

Saat kontak platina dalam posisi menutup
Pada posisi kontak platina sedang menutup (nok pada posisi tidak menekan kontak platina), pada posisi kontak platina menutup terjadi hubungan antara tegangan yang dihasilkan alternator dengan massa melalui kontak platina. Arus dari sumber tegangan atau alternator akan mengalir ke kontak platina, lalu ke massa. Dalam posisi ini tidak ada arus listrik yang mengalir ke kumparan primer koil pengapian.

Kontak platina mulai membuka
Ketika kontak platina mulai membuka atau nok pada posisi mulai menekan platina, maka kontak platina membuka dan memutus arus primer dari alternator yang mengalir ke massa melewati kontak platina. Arus listrik akan mengalir ke kondensator untuk mengisi sesaat sampai muatan pada kondensor penuh dan menuju ke kumparan primer koil pengapian. Dan ketika muatan pada kondensor sudah penuh maka kondensor akan melepaskan muatannya ke kumparan primer koil sehingga muncul gaya kemagnetan sesaat pada kumparan primer koil dan ini menyebabkkan pada kumparan sekunder koil pengapian akan terjadi induksi tegangan tinggi yang besarnya kurang lebih 10.000 volt, untuk selanjutnya tegangan tinggi tersebut di teruskan ke busi melalui kabel busi.


Demikianlah cara kerja pengapian AC  atau cara kerja sistem pengapian magnet konvensional, semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita tentang sistem pengapian pada sepeda motor. Silahkan untuk disebarluaskan.

Rabu, 23 November 2016

Peringati Hari Guru, Bengkel AHASS Beri Diskon 50% Untuk Guru dan Dosen

Peringati hari guru, bengkel AHASS beri diskon 50% untuk guru dan dosen – Kendaraan adalah alat transportasi yang kini tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder, melainkan menjadi kebutuhan primer. Setiap orang membutuhkan kendaraan untuk bepergian, bahkan hanya sekedar ke toko sebelah saja –yang seharusnya dapat ditempuh dengan jalan kaki- kini ditempuh dengan kendaraan, baik itu sepeda motor maupun lainnya. Seiring dengan meningkatnya penggunaaan kendaraan maka perawatan kendaraan tersebut juga meningkat, karena demi menjaga performa dan kinerja kendaraan. Bagi sobat yang sudah bisa menservis sendiri sepeda motornya mungkin tidak ada masalah, namun bagi yang tidak memiliki waktu luang atau tidak bisa untuk menservis motornya biasanya di bawa ke bengkel untuk dilakukan servis secara rutin. Menservis sepeda motor ke bengkel adalah pilihan tepat jika kita ingin melakukan servis secara totalitas atau lengkap, entah bengkel non resmi ataupun bengkel resmi. 


Jika anda adalah seorang pengajar, maka ada kabar kembira bagi kita semua, para guru dan dosen diseluruh Indonesia diberikan diskon yang lumayan besar untuk para guru dan dosen atau tenaga pendidik. Diskon sebesar 50% diberikan kepada para guru dan dosen di bengkel AHASS Honda, ini dalam rangka memperingati hari Guru Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 November. AHASS Honda memberikan diskon sebesar 50% untuk jasa servis lengkap. Diskon 50% ini diberikan selama 1 bulan yang dimulai pada tanggal 21 November sampai dengan 21 Desember 2016. Lumayan kan? Kita bisa servis lengkap dengan biaya terjangkau.

Nah jika sobat ingin mendapatkan diskon servis lengkap tersebut, langsung saja ke AHASS terdekat sebelum masa berlaku habis. Demikianlah artikel tentang Peringati Hari Guru, Bengkel AHASS Beri Diskon 50% Untuk Guru dan Dosen, semoga bermanfaat. Silahkan dishare kabar baik ini agar saudara, teman, dan semua para pengajar dapat menikmati diskon servis lengkap ini. Untukmu para guru dan dosen, pahlawan tanpa tanda jasa.

Komponen Sistem Pengapian Magnet Konvensional

Komponen sistem pengapian magnet konvensional - Sebagaimana penjelasan Guru Otomotif sebelumnya tentang sistem pengapian konvensional, bahwa pada sistem pengapian konvensional masih menggunakan platina untuk memutus dan menghubungkan arus primer koilnya guna menghasilkan induksi pada kumparan sekunder. Kemudian sistem pengapian konvensional ini ada dua jenis yaitu sistem pengapian AC dan  sistem pengapian DC. Perbedaan dari sistem pengapian AC dan sistem pengapian DC terletak pada sumber tegangannya. Jika pada sistem pengapian AC maka sumber tegangannya menggunakan alternator, sedangkan pada sistem pengapian DC sumber tegangannya didapat dari baterai atau accu. Pada artikel ini Guru Otomotif akan membahas komponen-komponen pada sistem pengapian magnet konvensional. Dengan mengetahui nama serta fungsi komponen pengapian magnet konvensional ini, diharapkan agar sobat Guru Otomotif bisa memahami cara kerja sistem pengapian magnet konvensional yang akan Guru Otomotif bahas pada artikel berikutnya.

Komponen Sistem Pengapian Magnet Konvensional
Ada beberapa komponen sistem pengapian magnet konvensional dan komponen ini sama seperti pada sistem pengapian konvensional pada umumnya, hanya bedanya terletak pada sumber arusnya saja. Berikut ini komponen sistem pengapian magnet konvensional:


Alternator
Alternator adalah sebuah kumparan pembangkit dan magnet, fungsi dari alternator adalah untuk mengubah energi mekanis yang diperoleh dari putaran mesin menjadi tenaga listrik AC (Alternating Current). Komponen inilah yang membedakan sistem pengapian AC dan sistem pengapian DC. Untuk cara kerja alternator pada sistem pengapian magnet konvensional akan Guru Otomotif bahas pada artikel khusus.

Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus pada rangkaian kelistrikan pengapian sepeda motor. Kunci kontak ini adalah saklar utama pada kendaraan.

Koi Pengapian
Koil pengapian adalah kumparan atau lilitan yang berfungsi untuk menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan (dalam hal ini alternator) menjadi tegangan tinggi yang dibutuhkan untuk pengapian.

Kontak Platina
Kontak platina atau sering disebut juga platina berfungsi untuk memutus dan menghubungkan rangkaian primer pengapian, yaitu menghubung dan memutus arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer di kumparan pengapian, hal ini bertujuan untuk menghasilkan arus listrik bertegangan tinggi pada kumparan sekundernya dengan cara induksi elektromanetik.

Nok Platina
Nok platina adalah tonjolan yang berfungsi untuk membuka kontak platina pada sudut engkol yang tepat, sehingga timing pengapian dapat diatur sesuai dengan ketentuannya.

Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada kontak platina ketika kontak platina mulai membuka, kenapa meloncat? Karena tegangan listrik yang melewati kontak platina ini cukup tinggi sehingga ketika arus tersebut diputus oleh kontak platina maka akan menghasilkan percikan bunga api listrik. Jika percikan bunga api listrik tersebut tidak diserap maka arus listrik masih akan tetap mengalir pada kontak platina (padahal seharusnya diputus), dengan demikian tujuan dari adanya kondensor adalah untuk mempercepat pemutusan arus primer koil sehingga dapat meningkatkan tegangan yang ada pada kumparan pengapian sekunder.

Busi
Busi atau spark plug berfungsi  untuk mengeluarkan arus listrik bertegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya

Demikianlah komponen sistem pengapian magnet konvensional, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan. Silahkan disebarluaskan dengan mencantumkan sumbernya, terimakasih.

Cara Membaca dan Makna Kode Busi NGK Pada Sepeda Motor

Cara membaca dan makna kode busi NGK pada sepeda motor – Ada beberapa jenis busi yang kita kenal, diantaranya berdasarkan temperatur kerjanya yaitu busi dingin dan busi panas seperti yang telah Guru Otomotif bahas pada artikel pengertian busi dingin dan busi panas pada kendaraan, selain itu berdasarkan pembuatnya, ada berbagai macam merk busi yang ada dipasaran dan salah satunya adalah busi NGK. Di sini Guru Otomotif tidak sedang mempromosikan merk busi, namun Guru Otomotif akan membahas cara membaca dan makna kode busi pada salah satu busi yang kita kenal yaitu busi NGK pada sepeda motor.

Busi biasanya diberi kode dengan huruf dan juga angka. Sistem pengkodean yang digunakan oleh pabrikan berbeda-beda dan tentu setiap pabrik pembuat busi juga membuat makna dari kode yang mereka gunakan pada produknya. Nah sedangkan untuk busi merk NGK ini ada penjelasan yang akan Guru Otomotif share, berikut ini penjelasan makna kode busi NGK pada sepeda motor:

Misalnya pada busi NGK tertulis kode BPR6ES – 11. Maka dapat dijelaskan permasing-masing huruf sebagai berikut ini:
  • B adalah diameter ulir busi
  • P adalah cri struktur busi
  • R adalah resistor busi
  • 6 adalah angka tingkat panas busi
  • E adalah panjang ulir busi
  • S adalah ciri struktur busi
  • 11 adalah jarak celah busi

Penjelasan untuk poin pertama yaitu diameter ulir busi, ada empat jenis ulir busi yaitu
  • A = 18 mm
  • B = 14 mm
  • C = 10 mm
  • D = 12 mm

Penjelasan untuk ciri struktur busi ada empat ciri struktur yaitu
  • P = ujung insulator yang menonjol
  • R = tipe resistor
  • M = tipe compact
  • U = tipe sulace discharge

Penjelasan untuk angka tingkat panas busi yaitu
Tipe panas dari angka 2 sampai dengan angka 14. Semakin kecil angkanya maka busi tersebut semakin panas tipenya. Misalnya busi dengan tipe panas nomor 2 adalah merupakan busi tipe panas. Sedangkan jika pada busi ada kode tipe panas nomor 14 maka berarti kode tersebut tipe dingin.

Penjelasan untuk panjang ulir busi yaitu
  • E = 19 mm
  • F = tipe dudukan konis; A-F 10,9 mm, B-F 11,2 mm, BM-F 17,5 mm, BE-F 17,5 mm
  • H = 12,7 mm
  • L = 11,2 mm
  • 18 = 12 mm (untuk tanpa huruf)
  • 14 = 9,5 mm (tanpa huruf)

Penjelasan untuk struktur busi yaitu:
  • S = inti elektroda tengah dari tembaga
  • C = tipe kompetisi
  • F = dudukan konis
  • N = busi tetap dengan elektroda nikel
  • P = busi balap dengan dudukan platina
  • V = elektroda halus
  • W = elektroda wolfrom
  • X = seri gap
  • Y = V-power

Penjelasan untuk jarak celah busi yaitu
  • Nomor 9 jarak celah busi 0,9 mm
  • Nomor 11 jarak celah busi 1,1 mm
  • Nomor 13 jarak celah busi 1,3 mm
  • Nomor 15 jarak celah busi 1,5 mm

Demikianlah artikel tentang cara membaca dan makna kode busi NGK pada sepeda motor, semoga bermanfaat.